background img
banner
Jun 8, 2023
25 Views
Comments Off on ALYA ZAHRA, Perjuangan Melawan Pernikahan Anak
0 0

ALYA ZAHRA, Perjuangan Melawan Pernikahan Anak

Written by
banner

Dari Sukabumi, Alya Zahra mengajak semua pihak melawan pernikahan anak yang masih marak terjadi di Indonesia.

Alya Zahra Sabira (19) lantang menyuarakan asa hidup anak tanpa jerat pernikahan. Dia bernyali turun ke jalan hingga forum internasional mengatasi hal itu.

Semangat terus berkreasi itu Alya tularkan kepada rekan-rekannya dalam State Of Youth (SOY) Sukabumi. Kehebohan di Sukabumi Creative Hub, Kota Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (3/6/2023), menjadi wujud kreativitas mereka.

Hari itu, 10 pemuda, termasuk Alya, hendak menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Mereka membuat lima poster. Sorak dan tawa memenuhi ruangan karena saat kelompok berpindah poster, konsep dari poster yang hendak digambar turut berganti.

“Kami mendapat undangan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jadi, nanti ada beberapa poster yang dibuat dari teman-teman untuk acara di sana,” ujar Alya riang.

Namun, saat seluruh poster rampung dikerjakan, gambar-gambar yang mereka lukis memiliki makna yang mendalam. Setiap poster berisi pesan untuk bumi yang lebih baik tanpa polusi dan sampah plastik.

Alya berujar, anak-anak muda yang bergabung di SOY Sukabumi menyuarakan hal yang sama, yaitu bumi yang lebih ramah untuk generasi mendatang. Asa itu tergambar dari setiap poster yang mereka ciptakan bahkan aksi yang dilakukan.

SOY Sukabumi menjadi bagian dari State Of Youth, yakni jaringan internasional yang mengemukakan isu terkait Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG). Jutaan pemuda dari Puluhan chapter (cabang) tersebar dari berbagai negara untuk mewujudkan impian serupa.

Alya membentuk SOY Sukabumi pada 26 Januari 2021. Dia membawa berbagai gagasan terkait pernikahan anak, kesetaraan gender, hingga isu lingkungan.

“Awalnya membuat SOY Sukabumi itu karena gabut, maklum angkatan pandemi (Covid-19). Saya juga ingin tetap berjejaring dan berkegiatan meskipun daring, yang penting ada kerjaan,” ujarnya tertawa.

Namun, Alya tidak hanya menjadikan SOY untuk mengisi waktu luang. Ada kegundahan yang ingin dia sampaikan kepada dunia, yakni masalah pernikahan anak yang kerap dia temui di Sukabumi.

“Sewaktu saya kecil, menikah muda itu adalah hal yang biasa. Bahkan, ada saudara sepupu yang menikah di usia 14 tahun. Katanya, menikahkan anak itu mampu meringankan beban keluarga,” ujarnya.

Pernikahan anak
Ternyata, anggapan pernikahan anak untuk hidup lebih baik tidak sepenuhnya benar. Bahkan, hal itu berujung kepada belenggu kekerasan rumah tangga.

Informasi dan pemahaman itu Alya temukan saat ikut beraktivitas dalam Yayasan Plan International Indonesia sekitar tahun 2019. Bersama puluhan peserta dari berbagai daerah di Sukabumi, mereka melakukan kampanye pencegahan perkawinan usia anak.

Kegiatan ini, lanjut Alya, berlangsung di sejumlah kecamatan di Sukabumi dalam kurun waktu setahun. Hingga 2020, dia mengenal berbagai pihak dengan tujuan yang sama, yakni mengurangi potensi pernikahan anak di masyarakat.

“Kampanye dari Yayasan Plan Indonesia di Sukabumi cuma setahun. Tapi, pemahaman yang didapatkan sangat besar. Saya melihat pernikahan dini menjadi awal dari kekerasan rumah tangga yang merugikan anak,” ujarnya.

Dengan SOY Sukabumi, Alya kembali menyuarakan impiannya untuk mewujudkan dunia yang ramah anak tanpa pernikahan anak. Pembatasan di saat pandemi pun tidak mengurangi hasratnya untuk membagikan isi pikirannya.

Kegiatan SOY di awal pembentukan berupa webinar-webinar yang kami sebarkan dari media sosial. Akhirnya, ada banyak pemuda yang tertarik dan menjadi bagian dari kami. Jumlahnya sudah ratusan orang,” ujarnya.

Fokus Alya untuk SOY Sukabumi sempat terbagi saat mendapatkan beasiswa pertukaran pelajar ke Amerika Serikat. Dia mencicipi pendidikan Negeri Paman Sam di John Marshall High School, San Antonio, Texas, selama setahun.

Informasi pertukaran pelajar itu dia dapatkan melalui media sosial. “Ternyata dari sekolah juga meminta saya untuk ikut dan lolos untuk pertukaran pelajar ke sana di tahun ajaran 2021-2022,” paparnya.

Keamanan anak
Saat belajar di AS, Alya menemukan suasana yang tidak sepenuhnya mendukung keamanan anak. Penembakan massal di sekolah hingga isu rasial menggugah pikiran dan nalurinya.

“Saya bahkan sempat ikut merasakan simulasi mengantisipasi penembakan massal di sekolah. Saya juga mendengar isu-isu diskriminasi kepada para migran, terutama dari Amerika Latin,” ujarnya.

Meskipun AS bukan tanah kelahirannya, Alya tetap merasa tergugah untuk ambil bagian. Dia turut merasakan suasana traumatis saat simulasi penembakan, hingga mendengar kisah berbau rasis para keturunan imigran.

“Walaupun saya bukan orang AS, saya ikut dalam berbagai aksi yang menyuarakan isu-isu sosial. Saya sempat ikut audiensi dan berhadapan dengan pejabat kota dan polisi setempat,” kenangnya.

Di tengah kesibukannya bersekolah di AS, Alya juga aktif berkiprah sebagai Mitra Muda UNICEF (United Nations Children’s Fund).

Organisasi yang menjadi bagian dari PBB ini berkontribusi untuk meningkatkan kualitas anak dan ibu di muka bumi.

“Saya awalnya ikut sebagai delegasi Digital Activism UNICEF Asia Pacific pada September 2021. Di sana, saya bertemu peserta yang memiliki tujuan yang sama, yaitu hidup yang lebih baik untuk anak dan ibu,” ujarnya.

Kontribusi Alya dalam Mitra Muda UNICEF tetap berlanjut setelah kembali ke Tanah Air. Bersama SOY Sukabumi, dia terus mengajak para generasi muda untuk berkontribusi dengan memberikan pendapatnya melalui aksi dan kreasi.

Setelah bertahun-tahun fokus kepada isu pernikahan anak dan gender, Alya pun turut berkecimpung membahas lingkungan. Baginya, kelestarian alam juga perlu dilakukan untuk masa depan bumi.

Alya bersama SOY kerap melakukan kampanye stop pernikahan anak dan kepedulian terhadap lingkungan. Aksi dan kreasi yang mereka lakukan diunggah di akun instagram @stateofyouth_sukabumi.

Gagasan Alya untuk memperjuangkan lingkungan ini pun menggema di Konferensi UN Climate Change Conference COP27 di Sharm el-Sheikh, Mesir, akhir tahun 2022.

Meskipun berada lebih dari 9.000 kilometer dari lokasi konferensi, suara Alya lantang terdengar para peserta dari seluruh penjuru bumi. Dari Indonesia, dia mengemukakan pentingnya peran pemuda dalam pengambilan kebijakan terkait lingkungan.

“Generasi muda seharusnya berkontribusi dalam pengambilan kebijakan. Jangan hanya melihat kami sebagai ‘furnitur’, karena kami yang akan mewarisi bumi ini di masa depan nanti,” ujarnya.

Berbagai gagasan Alya untuk hidup generasi muda hingga lingkungan tidak terbatas garis teritorial negeri. Dari Sukabumi, dia menyebarkan gagasan untuk masa depan yang lebih baik ke seluruh penjuru bumi. ***

BIODATA:
Nama: Alya Zahra Sabira

Lahir : Sukabumi, 12 Januari 2004
Pendidikan: SMAN 4 Sukabumi (lulus 2022)

Aktivitas:
Global Youth Reference Plan International (2023-sekarang)
President State of Youth Sukabumi (2021-sekarang)
Mitra Muda UNICEF (2021-sekarang)

Editor: CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
Oleh: MACHRADIN WAHYUDI RITONGA

—–
Tulisan ini merupakan kliping arsip dari harian Kompas edisi 8 Juni 2023 di halaman 16 dengan judul “Perjuangan Melawan Pernikahan Anak “.

Article Tags:
Article Categories:
SOSOK
banner